Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017
Bukan kesedihan yang membunuh Melainkan rasa hina yang tercetak jelas di kening Aku ini binatang jalang Begitulah katanya Bisikan itu gaduh lagi Bibir yang semula terkatup, kini terbuka kembali Hanya untuk membicarakan binatang yang hina ini Bukan Ini bukan sekedar hanya Tapi sudah hukum alam Dan rasa hina ini baru permulaan dari hukum karma Tidak tahu bagaimana empat atau enam bulan kemudian Apakah binatang jalang ini tetap hidup? Atau mati oleh rasa hina

Hilang

Hilang Ayah Bagaimana lagi aku harus memanggilmu Ayah Haruskah seperti itu? Kemana lagi aku berpulang? Dari hembusan pertamaku di dunia , apakah kehadiranku nyata? Ayah? Aku menunggu, ibu menunggu Jenguklah kami yang hanya memiliki diri masing-masing Aku tidak akan membencimu Aku anakmu dan selamanya akan begitu Ayah Aku akan terus menganggapmu seperti sosok yang aku banggakan Ayah? Apakah suaraku terdengar? Aku bilang Aku merindukanmu

Aku Dan Harapan Tak Bernama

Kasih, belenggu mana lagi yang kau cari? Mengikatku di dalam ruangan hampa dengan sang lalu Membuatku hampir mati di tikam kenangan Di balik sekat ini yang kau buat dari jarak Di sana aku bersembunyi dari kenyataan berlapis dinding kelam Langit menatapku geram Pohon menepisku saat aku berteduh dibawahnya Anjing menggonggong Seolah seisi bumi menolak kehadiranku Lalu Neptunus menyeretku ke lautan tak berdasar Tenggelam dalam rindu Dalam sunyi aku mendengar angin menghasutku untuk pergi dari mimpi Di hiruk pikuk lautan terlarang ini aku mendengar kau memanggil namaku Sekali lagi Panggil namaku sekali lagi Aku ingin memastikan, apa itu suara dari ilusiku lagi? Beruntungnya memang benar, itu kau, kasihku Dengan bahtera yang kokoh, kau menyuguhi pertolongan yang ku sebut rumah Tapi kau datang hanya untuk meninggalkan sayatan luka dari kata Meninggalkan hati untuk di tanya Beserta gulungan benang harapan yang kau bawa Aku terulur oleh cinta yang